Selasa, 12 November 2013

Sinopsis Anak Perawan di Sarang Penyamun

SINOPSIS ANAK PERAWAN di SARANG PENYAMUN
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana
Oleh : Mela Puji Lestari
Seorang saudagar kaya bernama Haji Sahak hendak pergi berdagang ke Palembang. Dari Pagar Alam ke Palembang itu, Haji Sahak membawa berpuluh-puluh kerbau dan beberapa macam barang dagangan lainnya. Istri dan anak perawannya juga ikut bersamanya pergi ke Palembang. Di tengah-tengah perjalanan rombongan Haji Sahak dicegat oleh segerombolan perampok yang dipimpin Medasing. Perampok ini sangat kejam, Haji Sahak, istrinya yang bernama Nyai Hajah Andun, serta rombongan penyerta Haji Sahak lainnya dibunuh oleh perampok itu. Akan teapi Sayu, anak perawan Haji Sahak itu tidak mereka bunuh. Sayu ikut dibawa ke sarang penyamun pimpinan Medasing itu.
Suatu hari Samad, anak buah Medasing yang tugasnya sebagai pengintai itu datang kesarang penyamun. Maksud kedatangannya adalah untuk minta bagian hasil perampokan pada Medasing. Namun selama Samad berada disarang penyamun itu, rupanya langsung jatuh cinta pada Sayu yang memang sangat cantik. Secara diam-diam dia berminat membawa Sayu lari dari sarang penyamun itu. Dan niatnya dibisikkan kepada Sayu secara diam-diam. Samad berjanji pada Sayu bahwa dia akan mengembalikan Sayu kepada orang tuanya.
Awalnya Sayu terbujuk juga oleh rayuan dan janji-janji Samad itu. Dalam dirinya sudah memutuskan untuk ikut lari bersama Samad. Akan tetapi sebelum niat kaburnya terlaksana, Sayu mulai menangkap gelagat tidak baik dari Samad. Dia mulai ragu dan tidak percaya dengan Samad dan sekaligus dengan janji-janji Samad itu. Di hari yang mereka sepakati untuk lari tersebut, Sayu dengan tegas menolak ajakan Samad. Walaupun dia dengan berat hati untuk sementara akan tetap tinggal disarang penyamun itu.
Setelah berhasil dengan sukses merampok keluarga saudagar Haji Sahak, rupanya dalam perampokan-perampokan Medasing dan kawan selanjutnya  mengalami kegagalan, kegagalan perampokan yang mereka lakukan sebenarnya karena niat rahasia mereka selalu dibocorkan oleh Samad. Samad selalu membocorkan rahasia Medasing kepada saudagar dan pedagang kaya yang hendak mereka rampok. Itu sebabnya, setiap kali mereka menyerang para pedagang atau saudagar yang lewat, mereka pasti mendapat perlawanan yang luar biasa. Para saudagar dan dan pedagang sudah menunggu Medasing dan kawan-kawannya. Akibatnya anak buah Medasing banyak yang meninggal ataupun terluka parah. Lama-kelamaan anak buah Medasing tinggal seorang saja yaitu Sanip.
Betapa hancur hari Medasing menerima kenyataan pahit ini. Malah hatinya semakin pilu ketika dalam kenyataannya merampok itu yang terakhir kali, Sanip orang yang paling dia sayangi itu meninggal. Medasing sendiri terluka parah. Namun bisa menyelamatkan diri.
Setelah Sanip meninggal dunia, di sarang penyamun itu tinggal Sayu dan Medasing saja. Sewaktu Medasing terluka parah, Sayu bingung sekali. Persediaan mereka makin menipis. Dengan penuh rasa kekhawatiran dan rasa takut, Sayu mendekati Medasing. Dia tak sampai hati melihatnya dalam keadaan parah. Hati nuraninya tergerak hendak mencoba merawat luka-luka yang diderita oleh Medasing.
Awalnya Sayu takut dengan Medasing. Antara perasaan hendak menolong dengan perasaan takut pada Medasing, sebab bagaimanapun Medasing adalah seseorang pemimpin perampok yang kejam. Medasing sudah bebrapa kali membunuh orang, termasuk membunuh kedua orang tuanya. Seluruh anak buah Medasing yang jumlahnya puluhan itu tak seorangpun berani melawannya.
Akan tetapi perasaan takut dan benci itu, akhirnya kalah juga oleh perasaannya yang hendak menolong. Dia memberanikan diri mendekati Medasing. Dengan takut-takut dan gemetaran dia memberanikan diri mengobati Medasing. Mula-mula mereka berdua tidak banyak bicara. Sayu sendiri tidak berani berbicara sebab dia takut pada Medasing. Sedangkan Medasing sendiri memang mempunyai karakter yang tidak suka berbicara. Selama ini Medasing memang terkenal sedikit bicara. Dia hanya berbicara pada hal-hal yang penting saja. Namun, lama-kelaman antara Sayu dan Medasing ini menjadi akrab juga. Medasing suka berbicara tentang pengalaman hidupnya. Dari cerita Medasing tentang bagaimana sebelumnya, sebelum menjadi seorang penyamun yang sangat ditakuti sekarang ini. Medasing bukanlah keturunan seorang penyamun, Medasing keturunan orang baik-baik.
Dulu Medasing anak seorang saudagar kaya. Ayah Medasing yang kaya itu dirampok secara ganas oleh gerombolan penjahat. Kedua orangtuanya dibantai dan dibunuh oleh gerombolan. Dia diangkat oleh kepala penyamun itu sebagai anaknya. Setelah ayah angkatnya meninggal dunia, pucuk pimpinan gerombolan penyamun langsung dipegang oleh Medasing.
Jadi, gerombolan perampok yang dipimpin sekarang ini adalah gerombolan penyamun warisan dari ayah angkatnya. Medasing sendiri tak pernah bercita-cita hendak menjadi penyamun, apalagi menjadi pimpinan perampok. Karena sejak kecil di dalam lingkungan perampok terus, sehingga Medasing tidak tahu pekerjaan lain selain perampok. Hati Sayu menjadi luluh juga mendengar penuturan Medasing tentang sejarah hidupnya. Rasa benci dan dendam pada Medasing lama-kelamaan menjadi hilang. Kemudian dengan penuh kesabaran dan penuh kasih sayang yang tulus, Sayu merawatnya sampai sembuh. Persediaan makanan dalam hutan sudah tidak ada. Sayu sangat khawatir akan keadaan itu. Itulah sebabnya dia mencoba mengajak Medasing agar bersedia keluar dari persembunyiannya. Karena menyadari akan kenyataan itu, Medasing akhirnya setuju dengan ajakan Sayu. Dan mereka keluar dari hutan menuju kota Pagar Alam.
Sampai di kota Pagar Alam, keduanya langsung menuju kerumah Sayu. Tapi sampai dirumahnya, Sayu sangat terkejut, sebab rumah itu sekarang bukan milik mereka lagi. Tapi sudah milik orang lain. Menurut penuturan penghuni baru itu bahwa ibunya sekarang tinggal di pinggiran kampung. Mendengar itu, kedua orang ini langsung mencari Nyai Haji Andun.
Rupanya Nyai Haji Andun tidak meninggal sewaktu diserang Medasing dan kawan perampoknya. Dia hanya terluka parah dan berhasil sembuh kembali. Sekarang dia tinggal sendirian diujung kampung dengan keadaan sakit keras. Dia sering mengigau anaknya yang dibawa perampok. Nah, disaat ibunya sedang kritis, Medasing dan Sayu muncul dihadapannya. Betapa bahagianya Nyai Haji Andun bertemu dengan anak perawan yang sangat dirindukannya itu. Dan rupanya itulah pertemuan terakhir mereka.
Menyaksikan kenyataan itu hati Sayu hancur, Medasing sendiri juga hancur hatinya. Kenyataan telah menyadarkan dirinya betapa kejamnya dia selama ini. Dia begitu menyesal. Dia sangat malu dan berdosa pada Sayu dan keluarganya. Sehingga waktu itu, karena segala macam yang berkecamuk, Medasing memutuskan hendak meninggalkan Sayu.
Sejak itu Medasing berubah total hidupnya. Dia menjadi seorang dermawan yang sangat penyayang kepada siapa saja. Lima belas tahun kemudian, Medasing berangkat ke Tanah Suci. Kembalinya dari Tanah Suci, ramai orang-orang kampung menyambut kedatangannya.
Suatu malam, ketika Haji Karim sedang duduk termenung sambil mengenang masa lalunya yang kelam, tiba-tiba pintu rumahnya ada yang mengetuk. Ternyata orang yang mengetuk pintu adalah Samad. Haji Karim masih kenal dengan Samad, sebab Samad adalah anak buahnya sendiri yang selalu dia beri tugas sebagai pengintai para saudagar yang lewat sebelum dirampok. Haji Karim adalah Medasing dulu itu, mengajak Samad agar bersedia hidup bersamanya. Waktu itu Samad memang tinggal di rumah Haji Karim dan istrinya yang tidak lain adalah Sayu. Namun paginya secara diam-diam Samad meninggalkan rumah Haji Karim dan Sayu istrinya. Dia pergi entah kemana, sementara Haji Karim dan istrinya hidup tentram dan damai di kampung. J J J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar